Grant Riset Sawit BPDPKS
Pakai Alat ini, 6 Kualitas TBS Langsung Terdeteksi

Tegakan pohon kelapa sawit di Bengkulu. Proses panen masih berdasarkan jumlah jatuhan brondol hingga rotasi panen. foto: aziz
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas (LPPM-Unand), Padang, Sumatera Barat, mengembangkan sebuah alat yang sangat bermanfaat bagi pelaku perkebunan kelapa sawit.
Alat bersensor yang bisa menjangkau objek hingga 23 meter ini, sekali ngeker, bisa mendeteksi kematangan, umur panen optimum, rendemen minyak, kandungan ALB, Nilai DOBI, hingga kandungan karoten secara real-time.
Teknologi ini malah sudah didemonstrasikan kepada delapan stakeholder sawit di dua provinsi; Sumatera Barat dan Kalimantan Selatan.
Baca juga: Ada Minyak Sawit di Sumur Minyak Bumi
Sederet lembaga mitra pun turut mendukung kegiatan penelitian ini. Mulai dari PT Perkebunan Nusantara VI, PT INCASI Raya, PT. AMP, PT. KAMU, PT. HCT, PT. BPP, PT. TKA, PT. BTN, APKASINDO, MAKSI Sumatera Barat dan Unand.
Hadirnya alat ini berawal dari keprihatinan Dr. Dinah Cherie dan kawan-kawan yang menengok pelaku perkebunan kelapa sawit.
Patokan waktu memanen TBS masih dilakukan cara-cara tradisional; panen berdasarkan banyaknya brondolan yang jatuh dan rotasi panen.
Padahal menurut Dinah, belum tentu brondol yang jatuh dari tandan itu, menjadi pertanda kalau buah sudah matang dan bisa dipanen.
"Bisa jadi lantaran faktor angin, hujan, gangguan hewan, serta serangan hama dan penyakit yang membikin tandan buah itu membrondol lebih cepat," katanya dalam paparan singkat hasil risetnya yang telah dibukukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) padal 2019 lalu.
BPDPKS membukukan lantaran Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Keuangan inilah yang kemudian membiaya riset Dinah, hingga alat berkemampuan Long-Range Detection berbasis system Machine-Vision itu hadir.
Alat ini bisa melakukan evaluasi mutu dan kematangan TBS secara Non-Destructive. Soalnya perangkat lunak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) juga diintegrasikan pada perangkat optis yang bisa melakukan pengamatan dari jarak hingga 23 meter itu.
Prototipe alat dibikin pakai sistem pencetakan 3 dimensi (3D Digital Printing), sehingga dihasilkan alat yang kuat, ringan, dengan presisi yang tinggi.
Aspek kerekayasaan dan teknologi yang diterapkan pada prototype alat ini pun meliputi enam tahap pengembangan perangkat keras (Hardware) dan 32 tahap pengembangan perangkat lunak (Software).
Akurasi pendugaan pada proses kalibrasi dan validasi alat untuk setiap aspek pengujian mencapai (R2) 0.99.
"Berdasarkan data penelitian, panen terbaik (optimum) TBS adalah 170 hari setelah penyerbukan. Pada umur ini, rata rata jumlah berondol jatuh TBS adalah 24±15 buah, rendemen minyak TBS adalah 25±5%, kandungan ALB TBS adalah 1.25±0.25%, nilai DOBI TBS adalah 3.2±5, dan kandungan karoten TBS adalah 720±100ppm," Dinah menerangkan.
Setelah dipanen, TBS harus segera diproses (sterilisasi). Sebab jika ditunda, rendemen minyak TBS akan turun 0.04%/jam, ALB TBS naik 0.052%/jam, nilai DOBI TBS turun 0.02/jam dan kandungan karoten TBS juga akan turun 7.533ppm/jam.
"Batas maksimum penundaan proses (sterilisasi) TBS adalah 20 jam. Lebih dari itu, kualitas minyak yang dihasilkan dari TBS tidak lagi memenuhi standar mutu CPO," Dinah mengingatkan.