https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

Cerita Griselda di Kebun Sei Baruhur

Cerita Griselda di Kebun Sei Baruhur

APK Kebun Sei Baruhur Regional 1 PTPN IV Palmco, Griselda Stacey boru Girsang. Foto: Hermansyah

Sedari kecil dia tidak suka berkebun. Kalaupun ikut ke kebun orang tua, paling ngendon di pondok saja. Eh ternyata…, jadi pejabat kebun juga. 

Kalau hanya mendengar tutur katanya, bisa jadi orang bakal menyangka bahwa perempuan tinggi semampai ini sudah senior di kebun Sei Baruhur Regional 1 PTPN IV Palmco itu. 

Sudahlah tutur katanya lembut, mengalir dan berisi pula. Dan saat berbicara pun, dia lebih sering eye contact, tanda dia menghargai orang yang sedang mengajaknya berbicara.  

Tapi begitu ketemu, siapa sangka bahwa ternyata, jebolan Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung Jawa Barat (Jabar) ini, belum setahun menjadi pejabat di sana. Namanya Griselda Stacey boru Girsang. Usianya baru 28 tahun. Sosok perempuan pertama Asisten Personalia Kebun (APK), sepanjang kebun itu ada. 

Secara administrasi pemerintahan, kebun yang tergabung dalam Distrik Labuhan Batu II ini, berada di Desa Beringin Jaya, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). 

Meski lelah kelihatan di gurat wajahnya, Jumat malam dua pekan lalu itu, putri pertama dari pasangan Ayannes Santra Girsang dan Lidya Wiwi Puspita Sari boru Sinaga ini, masih bisa tertawa lepas saat menemui Elaeis Media Group di Mess Dlab 2 yang ada di kebun itu. Panjang lebar Barista ini menceritakan perjalanan hidupnya hingga kemudian menjadi APK di sana. 

“Sebenarnya enggak pernah kepikiran untuk bekerja di perkebunan, apalagi perkebunan kelapa sawit. Cita-cita saya malah mau jadi lawyer. Itulah makanya, begitu lulus kuliah pada 2019, saya mengambil kelas Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) di Jakarta. Malah saya sudah sempat ikut menangani klien ‘besar’,” dia mulai mengenang. 

Cita-cita ini sejalan dengan keinginan Ayannes yang pegawai Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Kami empat bersaudara, saya anak tertua. Papa ingin kami anak-anaknya independen saja, jangan jadi pegawai lagi. Sebisa mungkin wirausaha saja,” katanya.  

Tapi sayang, jadi lawyer belum kesampaian, wabah covid keburu menyerang. Griselda pun terbang pulang ke rumah orangtuanya di Medan. “Sempat juga nganggur beberapa waktu hingga kemudian saya bikin usaha Cafe di Medan. Kebetulan sewaktu PKPA, saya sempat kan juga dua bulan kursus Barista di Jakarta,” ujarnya.  

Namun beberapa bulan dijalani, bisnis Cafe nampaknya tidak secerah yang diharapkan. Griselda pun mencoba mencari jalan lain dan ketemulah lowongan di BUMN melalui Forum Human Capital Indonesia (FHCI).

Macam-macam perusahaan plat merah yang membuka lowongan kerja di FHCI pada tahun 2021 itu. Ada PLN, Telkom, PT. Bukit Asam, hingga sejumlah PT. Perkebunan Nusantara (PTPN).

Dari semua perusahaan yang buka lowongan itu, Griselda meminta pendapat Ayannes. “Ambil PLN saja,” begitu pendapatnya. Tapi sayang, tak ada lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan Griselda; legal. Yang ada cuma posisi marketing dan teknik.  

Alhasil, dari sederet PTPN tadi, Griselda memilih PTPN III, selain lantaran ada juga lowongan personalia di sana, jebolan SMA Santo Thomas 1 Medan ini beranggapan, kantor perusahaan ini masih di Kota Medan. Jadi masih dekat dengan rumah orangtuanya. 

Selengkapnya baca di Elaeis Magazine Edisi 05 Vol. IV Tahun 2024