https://www.kabarsawit.com


Copyright © kabarsawit.com
All Right Reserved.

PalmCo dan SupportingCo Resmi, PTPN Dipercaya Dapat Tingkatkan Produksi CPO

PalmCo dan SupportingCo Resmi, PTPN Dipercaya Dapat Tingkatkan Produksi CPO

Resmi dibentuk PalmCo dan SupportingCo PTPN. Foto Ist.

Jakarta, kabarsawit.com - Awal Desember 2023 lalu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipimpin Erick Thohir resmi menggabungkan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo.

PalmCo sebagai subholding BUMN PTPN diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan mencapai lebih dari 600 ribu hektar pada 2026 mendatang.

PalmCo dicanangkan memiliki luas lahan konsolidasi sekitar 600 ribu hektar. Luasan ini lebih besar dibandingkan lahan milik Sime Darby seluas 266.488 hektar dan area tertanam 193.758 hektar. Lahan PalmCo pun lebih luas dari luas tanaman Golden Agri sekitar 485.606 hektar.

PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV.

Sedang, pembentukan SupportingCo ditempuh melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.

"Melalui penggabungan ini, PalmCo diharapkan menjadi perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yakni mencapai lebih dari 600.000 hektare pada 2026 mendatang. Di saat bersamaan, subholding ini ditargetkan menjadi pemain utama industri sawit dunia," ujar Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo lewat siaran pers, dilansir dari laman bisnis.com, pada Ahad (3/12).

PTPN, kata Kartika, diyakini mampu berkontribusi meningkatkan produksi Crude Palam Oil (CPO) nasional dan minyak goreng dalam negeri. PTPN memperkirakan, produksi minyak goreng bakal naik dari 460 ribu ton per tahun pada 2021 lalu menjadi 1,8 juta ton per tahun pada 2026 mendatang.

Untuk SupportingCo, sebut Kartika, bakal menjadi perusahaan pengelola aset perkebunan unggul, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, serta diversifikasi usaha lainnya. 

"Merger PTPN Grup salah satu skema yang dijalankan Kementerian BUMN. Langkah ini bertujuan sebagai efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan, serta operasional perseroan," ulasnya. 

Setelah penandatanganan ini bakal ada integrasi sistem, sambungnya, human resources (HR) operasional, keuangan, dan lainny, kami usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan,” jelasnya.

Wamen BUMN disapa akrab Kartika Tiko menegaskan, aksi korporasi PTPN Group wujud transformasi menyeluruh, termasuk dari sisi pegawai. Dengan langkah ini mudah-mudahan dapat mendorong PalmCo sebagai perusahaan sawit terkemuka. 

"PalmCo didorong untuk fokus meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit. Di mana perseroan bakal memusatkan perhatian untuk memproduksi biogas, biodiesel sustainable efficient fuel, dan produk lainnya," tuturnya. 

Bagaimana transformasi ini bisa menjadikan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, ucap Tiko, tidak hanya dari on-farm-nya, tapi juga off-farm untuk bisa melakukan downstream, penciptaan nilai, termasuk renewable energy yang berkelanjutan.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Muhammad Abdul Ghani menimpali, pembentukan PalmCo dan SupportingCo turut menjadi strategi korporasi untuk menghadapi persaingan global yang semakin ketat.

Integrasi tersebut, terang Abdul Ghani, bakal memperkuat posisi perusahaan lantaran memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Hal ini didukung dengan pemanfaatan sumber daya lahan, sumber daya manusia, inovasi teknologi, dan digitalisasi. 

"Untuk strategi subholding secara konkret bertujuan memaksimalkan nilai aset landbank guna meraih nilai tambah, peningkatan margin Ebitda dalam 5 tahun mendatang. peningkatan ekuitas, dan fokus bisnis yang semakin kuat," katanya.

Sebagai salah satu upaya dalam meraih peningkatan ekuitas, Ghani menyatakan bahwa inisiatif-inisiatif environment, social, and governance (ESG) menjadi salah satu indikator penting dalam perlindungan nilai perusahaan. 

“Dalam menjalankan seluruh bisnis dan aktivitas operasionalnya, perseroan senantiasa memastikan produk yang dihasilkan tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tapi memiliki dampak terhadap sosial dan lingkungan,” timpalnya.